CINTA MANUSIA DAN CINTA ILAHI (3)
BAB 3
YUSUF DAN ZULAIHA
Dari kisah Yusuf dan Zulaiha kita belajar bagian keindahan mana yang berperan dalam dunia cinta. Yusuf adalah putera bungsu Yakub, seorang nabi yang dikaruniai kemampuan melihat masa mendatang sebagaimana beberapa pendahulunya. Ia dimasukkan ke dalam sumur oleh kakaknya yang iri atas ketampanan dan pengaruhnya terhadap ayah dan setiap orang yang dijumpainya. "Bukan hanya cinta itu sendiri, tetapi keindahan juga menuntut pengorbanan."
Beberapa pedagang yang lewat di situ melihat Yusuf di dalam sumur ketika mereka menimba air, menaikkannya dan menjualnya sebagai budak kepada gubernur Mesir, yang karena tertarik oleh ketampanannya, menjadikannya pembantu pribadi. Zulaiha, isteri gubernur itu, makin lama makin tertarik oleh ketampanan pemuda itu. Ia berbicara kepadanya, bermain dengannya, mengaguminya, dan di matanya ia mengangkatnya dari budak menjadi seorang raja. Orang yang dikaruniai keindahan selalu menjadi raja, meskipun mereka berpakaian compang-camping atau dijual sebagai budak. "Raja sejati selalu menjadi raja, dengan atau tanpa singgasana."
Teman-teman dan kenalan Zulaiha mulai menyebarkan desas-desus bahwa ia jatuh cinta pada Yusuf, dan karena manusia secara alami tertarik oleh kesalahan orang lain, hal ini pada akhirnya menempatkan Zulaiha pada posisi yang sulit. Suatu ketika Zulaiha mengundang teman-teman dan kenalannya, menaruh sebutir jeruk dan sebilah pisau di tangan tiap tamunya, dan meminta mereka untuk mengiris jeruk ketika ia memberi isyarat. Kemudian ia memanggil Yusuf. Ketika Yusuf datang ia meminta mereka untuk mengiris jeruk, tetapi mata mereka begitu tertarik oleh penampilan Yusuf, hingga mereka bukan memotong jeruk, melainkan mengiris jari-jari mereka sendiri, dan dengan demikian menerakan cinta Yusuf ke atas tangan mereka. "Keindahan merampas kesadaran akan diri dari pecintanya." Zulaiha, yang sepenuhnya terpikat oleh Yusuf, melupakan apakah cintanya kepada Yusuf salah atau benar. "Nalar jatuh ketika cinta bangkit." Mereka menjadi semakin akrab setiap hari hingga sebuah kutukan nafsu datang dan memisahkan mereka. Ketika bayangan nafsu jatuh pada jiwa Yusuf, Zulaiha kebetulan berpikir menutupi wajah pujaannya yang berada di kamarnya. Hal ini mengejutkan Yusuf sehingga ia bertanya, "Apa yang anda lakukan?" Dijawab, "Aku menutupi wajah tuhanku yang memandang kita dengan mata penuh murka." Ini menyadarkan Yusuf. Ia melihat visi ayahnya menunjukkan jari ke arah langit. Yusuf berkata, "Hai Zulaiha, apa yang engkau masukkan ke dalam pikiranku! Mata tuhanmu dapat ditutupi dengan selembar kain, tetapi mata Tuhanku tak dapat ditutupi. Ia melihatku di mana pun aku berada." "I adalah orang yang mengingat Allah dalam kemarahan, dan takut kepada Allah dalam nafsu," kata Zafar.
Zulaiha, yang dibutakan oleh kegelapan yang pekat dari nafsunya, tidak tahan, dan ketika Yusuf masih menolak, nafsunya berubah menjadi murka. Ia membenci Yusuf, mengutuknya dan mengingatkannya bahwa kedudukannya adalah sebagai seorang budak yang rendah. Karena itu Yusuf pergi meninggalkan kamar, tetapi Zulaiha menarik pakaian di bagian belakang leher Yusuf hingga robek. Kebetulan, Gubernur memasuki kamar pada saat itu. Ia terkejut melihat pemandangan di depannya, di mana baik Zulaiha maupun Yusuf tak dapat bersembunyi. Sebelum Gubernur bertanya kepadanya, untuk menyembunyikan kesalahannya, Zulaiha berkata bahwa Yusuf telah berusaha menyentuhnya. Tentu saja hal ini membuat Gubernur marah, dan seketika ia memberi perintah agar Yusuf dipenjara seumur hidup. "Orang yang benar mendapat cobaan lebih banyak dalam hidup daripada orang yang tidak benar."
Penjara lebih menyenangkan bagi Yusuf yang memegang kebenaran, yang menjaga agar lenteranya tetap menyala dalam kegelapan nafsu ketika menjalani jalur cinta. Tak lama sebelum kutukan atas Zulaiha pudar, datanglah kesedihan yang dalam. Baginya tiada akhir bagi kesedihan dan penyesalannya. "Cinta mati dalam nafsu, dan lahir kembali dari nafsu." Tahun demi tahun berlalu, dan kepedihan dalam hati Zulaiha telah menguras daging dan darahnya. Pada satu sisi karena cinta kepada Yusuf, pada sisi lain karena rasa bersalah yang tanpa akhir, dan pendapat bahwa kekasihnya telah dipenjara akibat ulahnya, hampir mengambil hidupnya.
Waktu mengubah segalanya, termakuk kehidupan Yusuf. Meskipun dipenjara,ia tak menyalahkan Zulaiha, dengan alasan cintanya. Setiap hari ia menjadi semakin dalam tenggelam dalam memikirkan Zulaiha , tetapi tetap berpegang pada pendiriannya, yang merupakan tanda orang suci. Ia dicintai dan disukai orang-orang dalam penjara, dan ia menafsirkan mimpi-mimpi mereka bila diminta. Kehadiran Yusuf membuat penjara menjadi surga bagi para narapidana. Tetapi setelah kematian suaminya, Zulaiha jatuh ke dalam kesedihan yang lebih dalam.
Setelah beberapa tahun, Raja (Fir'aun) bermimpi sesuatu yang sangat merisaukannya. Tak ada orang yang mampu menafsirkannya di antara para cerdik pandai. Kemudian ia diberi tahu pelayannya tentang Yusuf dan kemampuannya dalam menafsirkan mimpi. Maka Yusuf dipanggil, dan ia dapat menafsirkannya dengan arif. Dari nasihatnya yang arif, ia sangat banyak membebaskan beban pikiran sang Raja, dan Raja mengangkatnya menjadi kepala perbendaharaan kerajaan, serta memberinya kehormatan dan kekuasaan yang mengangkatnya di mata dunia. "Sesungguhnya kebenaran pada akhirnya akan menang." Kemudian kakak-kakaknya datang kepada Yusuf, dan disusul oleh ayahnya,Yakub, yang terbebas dari derita bertahun-tahun yang dialaminya akibat cintanya kepada Yusuf. "Upah dari cinta tak pernah gagal datang kepada pecinta."
Suatu ketika, Yusuf berkuda bersama pengawalnya, kebetulan melewati tempat di mana Zulaiha menghabiskan hidupnya dalam kesedihan. Ketika mendengar derap kaki kuda, banyak orang yang berlari untuk melihat rombongan yang lewat, dan semua berteriak, "Itu Yusuf, Yusuf!" mendengar teriakan itu, Zulaiha ingin melihat Yusuf sekali lagi. Ketika Yusuf melihatnya, ia tak mengenalinya lagi, tetapi ia berhenti karena beberapa wanita ingin berbicara dengannya. Ia terharu ketika melihat seorang wanita yang begitu sedih, dan bertanya kepadanya, "Apa yang anda inginkan dariku?" Wanita itu menjawab, "Zulaiha masih memiliki hasrat yang sama, hai Yusuf, dan itu akan berlanjut di sini dan di akhirat. Aku menginginkan engkau, dan hanya engkau seorang yang kuinginkan." Yusuf menjadi sangat yakin akan keteguhan cinta wanita itu, dan terharu oleh penderitannya, menciumnya di keningnya, menarik tangannya dan berdoa kepada Allah. Doa nabi itu dan daya cinta yang tiada henti, telah menarik berkah dari Allah, dan Zulaiha memperoleh kembali kemudaan dan kecantikannya. Yusuf berkata kepada Zulaiha, "Mulai hari ini engkau menjadi kekasihku." Mereka menikah dan hidup bahagia. "Sesungguhnya Allah mendengarkan dengan penuh perhatian tangisan setiap hati yang merintih." (bersambung)
<< Home